Memimpin Kelompok Bimbingan dan Konseling | BK Kelompok

 


Kesuksesan kelompok tentunya sangat dipengaruhi oleh siapa yang memimpin kelompok tersebut. Pemimpin kelompok merupakan komponen yang penting dalam suatu kelompok. Namun, ada banyak hal yang menunjang keberhasilan sebuah kelompok bukan hanya dari sisi pemimpinnya saja. Mulai dari bagaimana pemimpin berinteraksi dengan anggota, maupun anggota berinteraksi dengan anggota lainnya hingga proses penyelesaiaan masalah yang dilakukan. Gaya kepemimpinan juga memiliki peranan penting dalam keberlangsungan sebuah kelompok, selain itu kemahiran dan pengalaman seorang pemimpin juga sama pentingnya.

 

Menurut Gardner dalam Arifin (2015) pemimpin dan kelompok tentunya memiliki kaitan yang sangat erat karena pemimpin sangat berhubungan dengan aktifitas kelompok. Pemimpin kelompok memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam proses kelompok, tak terkecuali dalam proses bimbingan dan konseling. Setiap bimbingan dan konseling merupakan suatu proses yang kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor dari pemimpin kelompok itu sendiri yang dalam hal ini adalah konselor, kemudian metode yang digunakan, dan karakteristik konseli yang dihadapinya. Oleh karena peranan, fungsi, kepribadian, dan keterampilan pemimpin adalah sentral dalam proses memimpin kelompok bimbingan dan konseling maka semua model teoretis mencurahkan banyak perhatiannya pada pemimpin.

 

Konselor sebagai pemimpin kelompok merupakan salah satu komponen penting dalam bimbingan dan konseling kelompok. Kepemimpinan kelompok dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat penting maknanya. Pemimpin kelompok mempunyai pengaruh yang kuat dalam kelompok bimbingan dan konseling, bukan saja harus mengarahkan perilaku anggota kelompok sesuai dengan kebutuhan, melainkan harus tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi dalam kelompoknya sebagai akibat dari perkembangan kelompok itu. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan tugas, peranan, dan fungsinya sebagai pemimpin kelompok, kepribadian dan keterampilan konselor perlu kita ketahui agar dapat memimpin kelompok bimbingan dan konseling dengan baik agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.

 

Nah, pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang apa saja dasar keterampilan yang harus dikuasai konselor sebagai pemimpin kelompok? Bagaimana cara memperkuat kelompok? Bagaimana cara memimpin kelompok dengan efektif? Bagaimana menjadi fasilitator dan mediator dalam kelompok? Serta keterampilan dalam mengatasi konflik dalam kelompok. 

 

Pertama, apa saja dasar keterampilan yang harus dikuasai konselor sebagai pemimpin kelompok? Menurut saya, keterampilan yang paling utama dalam memimpin sebuah kelompok adalah keterampilan komunikasi. Mengapa keterampilan komunikasi? Karena semua hal dapat terjadi diawali dengan adanya komunikasi. Komunikasi dapat juga diartikan sebagai proses interaksi. Dalam memimpin kelompok bimbingan dan konseling, tentunya konselor harus memiliki interaksi yang baik terhadap konselinya. Interaksi atau komunikasi yang baik ini dapat mempengaruhi keberhasilan bimbingan maupun konseling, seperti keterbukaan konseli, pemahaman konseli terhadap dirinya, pemahaman konseli terhadap masalahnya, keinginan dan motivasi konseli untuk berubah, dan komitmen konseli untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan atau terapi yang akan dilaksanakan. Keterbukaan konseli kepada konselor merupakan kondisi yang kondusif dalam proses awal bimbingan dan konseling. Nah, semua itu harus diawali dengan komunikasi dan interaksi yang baik oleh konselor kepada konselinya dalam memimpin kelompok bimbingan dan konseling. Sehingga keterampilan komunikasi ini sangat penting. Komunikasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan mengunakan suara atau kata-kata yang mencakup aktifitas konselor dalam menyampaikan gagasannya atau dalam memberikan arahannya kepada konseli. Adapun komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat atau perilaku tertentu seperti tersenyum, kontak mata, dan ekspresi wajah. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi ini adalah keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin kelompok, khususnya dalam memimpin kelompok bimbingan dan konseling. Kebersamaan dan keterbukaan diantara anggota kelompok harus dapat diungkapkan baik lewat tindakan maupun ucapan. Oleh karena itu, keterampilan berkomunikasi sangat diperlukan dan juga harus menjadi pokok bahasan yang penting dalam pengembangan kelompok.

 

Selain keterampilan komunikasi, seorang pemimpin kelompok bimbingan dan konseling harus memiliki keterampilan simpati dan empati. Keterampilan ini dalam bimbingan dan konseling merupakan hal yang sangat penting, karena mengingat proses bimbingan khususnya konseling merupakan sebuah bantuan melalui interaksi. Hal ini sebagai kemampuan untuk menempatkan diri diri ditempat orang lain supaya bisa memahami dan mengerti kebutuhan dan perasaannya. Keterampilan ini mencakup, bagaimana konselor dapat mendengarkan secara aktif, kemampuan dalam mengenali, mempersepsi dan merasakan perasaan orang lain. 

 

Selanjutnya adalah keterampilan aksi dan reaksi. Keterampilan aksi merupakan alat bagi pemimpin yang dapat digunakan untuk memimpin dan meningkatkan proses kelompok. Keterampilan aksi mencakup keterampilan bertanya, keterampilan probing (menyelidiki), keterampilan pengaturan suasana, keterampilan konfrontasi, dan modeling. Adapun keterampilan reaksi yaitu keterampilan untuk menanggapi, yang menjadikan pemimpin mudah untuk menerima individu dan kelompok secara keseluruhan. Keterampilan reaksi mencakup keterampilan mendengarkan aktif, keterampilan refleksi, keterampilan dalam melakukan klarifikasi dan bertanya, dan keterampilan merangkum. Nah, berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan ini merupakan keterampilan yang menjadikan pemimpin kelompok dapat diterima oleh anggotanya begitupun sebaliknya. 

 

Kedua, bagaimana cara memperkuat kelompok? Nah, untuk pertanyaan ini, menurut saya dalam memperkuat kelompok disini bukan hanya merupakan tugas dari pemimpin tetapi juga merupakan tugas utama dari anggota kelompok. Lalu bagaimana caranya? Cara yang pertama adalah kelompok itu membuat sebuah kegiatan yang dapat membangun atau mengikat emosional masing-masing anggota terhadap anggota lainnya. Kegiatan ini bisa berbentuk orientasi tujuannya adalah agar masing-masing anggota saling kenal dan terbentuknya rasa saling memiliki antara satu sama lain. Selanjutnya yang kedua adalah menurut Amir (2009) dalam memperkuat kelompok dapat dilakukan kegiatan berupa permainan peran, pengamatan, diskusi yang dirancang agar anggota kelompok dapat mengalami sendiri bagaimana ia dipengaruhi kelompok dan bagaimana tingkah lakunya mempengaruhi orang lain dalam kelompok. Dari kegiatan tersebut, kemudian konselor memberikan refleksi kepada setiap anggota dan merenungkan hasil pengalamannya sehingga akan mengenal dirinya beserta segala daya dan gaya keterlibatannya dalam kelompok. Demikian pula dengan pendapat umpan balik dari sesama anggota kelompok akan diketahui sifat kelompok, suasana kelompok serta arti keberadaan dirinya dan setiap anggota dalam kelompok.

 

Ketiga, bagaimana cara memimpin kelompok dengan efektif? Nah, seperti yang kita ketahui bersama bahwa setiap kelompok tentunya memiliki anggota kelompok yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu seorang pemimpin kelompok haruslah memimpin kelompok dengan efektif, lalu bagaimana cara memimpin kelompok dengan efektif? Yang pertama adalah seorang pemimpin kelompok dalam hal ini adalah konselor perlu menyampaikan terlebih dahulu di awal pertemuan tentang hal yang akan dibahas pada pertemuan bimbingan maupun konseling saat itu. Dengan demikian, setiap anggota dapat fokus terhadap pembahasan tersebut. Sebagai pemimpin kelompok, konselor juga berhak mendapat perhatian dari semua anggota kelompok, yang dalam hal ini adalah konseli. Kemudian, jika ada anggota kelompok yang memerlukan waktu lebih banyak untuk membahas sesuatu yang belum tentu berhubungan dengan pembahasan saat itu, maka sebaiknya dijadwalkan pertemuan selanjutnya.

Kemudian yang kedua adalah seorang pemimpin harus memimpin secara adil. Adakalanya dalam sebuah pembahasan beberapa orang sangat aktif dalam mengemukakan pendapat ataupun dalam bercerita sehingga anggota lain terkadang tidak memiliki kesempatanuntuk menceritakan masalahnya. Nah hal ini harus diperhatikan oleh seorang pemimpin agar dapat memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota kelompok untuk berbicara.

Selanjutnya yang ketiga adalah mencatat semua hal-hal yang penting atau yang dibicarakan selama melaksanakan proses bimbingan ataupun konseling. Hal ini dapat dilakukan oleh beberapa orang saja yang ditentukan sebagai notulen, namun boleh juga setiap peserta mencatatnya.

Kemudian yang terakhir adalah membuat kesimpulan. Nah, buatlah satu kesimpulan besar atau keputusan akhir mengenai langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Dan sebagai bentuk apresiasinya, konselor dapat mengucapkan terimakasih kepada seluruh peserta atas waktu dan kontibusinya selama kegiatan berlangsung. Hal ini tentunya akan membuat konseli lebih merasa dihargai atas partisipasinya dan merasa lebih senang.

Keempat, bagaimana menjadi fasilitator dan mediator dalam kelompok? Menurut Bala (2017) menjadi seorang fasilitator dan mediator dalam kelompok adalah harus menarik, efektif, dan aktual. Dengan demikian, pertemuan yang kita laksanakan tidak bertele-tele, tidak terlalu teoretis, dan memiliki variasi dinamika kelompok. Nah, menjadi fasilitator, koselor dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan selama memimpin kelompok bimbingan dan konseling. Misalnya dengan menciptakan suasana diskusi yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan konseli, sehingga interaksi dalam kelompok akan berlangsung secara efektif. Selanjutnya, menjadi mediator dalam kelompok tentunya dapat diartikan sebagai penengah dalam kelompok tersebut. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar pada saat terjadi kemacetan dalam kegiatan diskusi kelompok. Mediator juga diartikan sebagai penyedia media. Menurut saya, dalam menjadi fasilitator dan mediator dalam kelompok, seorang konselor hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media yang digunakan, karena media merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan kegiatan-kegiatan dalam kelompok. Menurut Risca (2017) fasilitator sedikitnya harus memiliki tujuh sikap seperti yang di definisikan oleh Rogers, yaitu: (1) Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinan, atau kurang terbuka. (2) Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya. (3) Mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, kreatif, dan bahkan sulit sekalipun. (4) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran. (5) Dapat menerima masukan, baik yang bersifat positif, maupun negatif, dan menerimanya. (6) Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran. (7) Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.

Selanjutnya hal-hal yang perlu diperhatikan konselor sebagai fasilitator dalam kelompok beberapa yang perlu dipahami dari anggota kelompok antara lain: kemampuan, potensi, minat, hobi, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, dan latar belakang keluarga. Kemudian konselor dapat melakukan beberapa kegiatan seperti memperbanyak interaksi dengan konseli untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan. Harus mengetahui pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan konseli dengan cara berpartisipasi sebagai konseli juga ditengah kelompok. Konselor perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikian konseli. Yang terakhir adalah konselor perlu belajar mengerti cara berpikir mereka sehingga dapat membantu memodifikasi dan membantu mengaktifkan konseli untuk berfikir.

 

Kelima, sekaligus yang terakhir. Apa saja keterampilan dalam mengatasi konflik dalam kelompok? Nah, dalam mengatasi konflik dalam kelompok seorang konselor atau pemimpin kelompok harus memiliki kemampuan mediator dalam menyelesaikan konflik tersebut. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan apa itu mediator. Kemampuan mediator sangat penting karena dengan keterampilan inilah, konselor dapat melakukan mediasi dalam me manajemen konflik yang sangat baik untuk menjadi solusi mengurangi tingkat ketegangan disebuah sengketa. Karena mediasi ini membutuhkan peran mediator yang secara langsung membantu memberi solusi hingga mengumpulkan fakta ditambah lagi bisa memperjelas masalah yang sedang terjadi hingga akhirnya diberikan solusi terbaik. Namun mediasi ini sepenuhnya bisa berjalan lancar tergantung dari kemampuan seorang mediator itu sendiri. Selain itu, keterampilan mediator ini juga dapat diartika sebagai konsultan. Sehingga agar sebuah konflik di dalam kelompok bisa teratasi adalah dengan melakukan konsultasi yang bertujuan memperbaiki hubungan antar kedua belah pihak.

Dari beberapa penjelasan diatas tentang memimpin kelompok bimbingan dan konseling dapat ditarik kesimpulan. Yang pertama adalah bahwa seorang pemimpin kelompok perlu memiliki dasar keterampilan sosial seperti keterampilan komunikasi, keterampilan simpati dan empati, serta keterampilan aksi dan reaksi. Keterampilan ini sangat membantu dalam meningkatkan keberhasilan dan tercapainya tujuan kelompok bimbingan dan konseling itu sendiri. Selanjutnya dalam memperkuat kelompok, seorang pemimpin dapat menciptakan sebuah kegiatan yang melibatkan setiap anggota kelompok untuk berpartisipasi aktif sehingga emosional antara anggota satu dan yang lainnya apat terbangun dengan baik. Kemudian dalam membuat kelompok dengan efektif, ini lebih kepada sikap dan tanggungjawab seorang pemimpin kelompok yaitu dapat bersikap adil, kerjasama, mencatat hal-hal penting, dan memberikan kesimpulan. Nah, dalam memberikan kesimpulan, dapat dilakukan oleh beberapa anggota kelompok dan diakhir ditambah oleh pemimpin kelompok. Begitupun dalam menjadi fasilitator dan mediator, konselor perlu menjadi/harus menarik, efektif, dan aktual. Yang terakhir adalah konselor harus menjadi mediator yang baik dalam memanajemen konflik dalam sebuah kelompok.
 
REFERENSI
Arifin, Syamsul Bambang. 2015. Dinamika Kelompok. Bandung: Pustaka Setia.
Amir, Andi Mascunra. 2009. Penerapan Dinamika Kelompok. Jurnal Academia Fisip Untad. 1 (1). 120-130. 
Bala, Robert. 2017. Menjadi Fasilitator: Menarik, Efektif, dan Aktual. Yogyakarta: PT. Kanisius. 
Risca. 2017. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator. Scribd: http://id.sribd.com. Diakses pada 05 Juni 2020.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama